Day 3
Pagi itu matahari baru mulai menyinari wilayah
Maros, sebuah daerah sekitar 1 jam dari Makassar. Keberadaan saya di Maros
merupakan bagian trip Cerita sulawesi Selatan. Saya bermalam di tempat Adi yang hampir 3 hari
menemani kami berkeliling Sulawesi Selatan. Dan hari ini hari terakhir di
Sulawesi Selatan setelah sebelumnya menyusuri tempat-tempat cantik di tenggara
Sulawesi Selatan.
Setelah sarapan kami bergegas menyusuri jalan
trans Sulawesi yang membelah Maros, sekitar 20 menit berkendaraan sampailah
kami di tempat sandar perahu-perahu yang akan membawa ke Desa Ramang-Ramang,
desa yang terletak di tengah karst Maros. Tempat perahu tersebut terletak di pinggir
jalan yang mengarah ke pabrik semen bosowa. Biaya yang dibutuhkan untuk sewa
perahu adalah 100ribu/perahu.
Tok tok tok tok tok...bunyi mesin perahu membelah
sungai yang kanan kirinya ditumbuhi pepohonon khas rawa-rawa.
karst maros |
Karst Maros ibarat hutan tetapi tumbuhannya adalah batu karena batu-batu raksasa
bertebaran. Dan mengarungi sungai ke Ramang-Ramang seperti berada di negeri
antah-berantah. Beberapa kali kami harus merunduk ketika perahu melewati
jembatan kayu yang dibuat warga desa. Perlu waktu sekitar 25 menit untuk ke
Desa Ramang-Ramang, dan ketika sampai di desa kami disambut pemandangan
menakjubkan, sebuah desa yang dikelilingi batu raksasa.
Desa Ramang-Ramang |
pemberhentian perahu |
Ketika menyebut Desa Ramang-ramang, terbayang oleh saya kumpulan rumah
warga yang berdekatan, layaknya desa pada umumnya. Tetapi fakta yang saya temukan di Ramang-Ramang hanya ada sedikit rumah, total hanya ada 16 kepala
keluarga dan semua memiliki ikatan keluarga. Tiap rumah dipisahkan kolam-kolam
ikan, karena sebagian besar penduduk Ramang-Ramang berprofesi sebagai penambak ikan. Berkunjung ke tempat eksotis ini memberikan nuansa yang berbeda, Ramang-Ramang
sangat tenang dan damai, tak ada kebisingan suara knalpot ataupun mesin pabrik.
Good Friend |
Puas mengeliling Desa
Ramang-Ramang kami segera kembali ke mobil, dan kebetulan Adi sudah beberapa
kali menelpon menanyakan posisi kami. Berat rasanya meninggalkan Ramang-Ramang,
semoga isu pemindahan warga untuk keperluaan industri semen hanya isapan jempol
saja, Amien.
Selepas dari Ramang-Ramang mobil dipacu Adi melewati
Pabrik Semen Bosowo menuju destinasi terakhir kami, Taman Nasional Bantimurung.
Perlu waktu sekitar 1 jam untuk menuju Bantimurung, sesampainya disana kami
disambut patung kupu-kupu raksasa. Taman Nasional Bantimurung memang terkenal
dengan Kupu-Kupunya, disini terdapat pengembangbiakan kupu-kupu endemik
Sulawesi. Awalnya kami berencana masuk ke dalam Taman Nasional menuju Air
Terjun, tetapi karena hujan yang lumayan deras maka diputuskan untukak tidak lebih jauh ke dalam area Taman Nasional.
Bagi saya mengunjungi Taman Nasional memang selalu
menjadi tujuan utama ketika berkunjung ke suatu daerah, dan Bantimurung
menambah daftar kunjungan saya ke Taman Nasional di Indonesia.
partnerincrime |
Sekitar pukul 02.00 siang kami meninggalkan Bantimurung menuju Bandara Hasanuddin, karena kami harus flight jam
07.00 malam. Di jalan menuju bandara kami sempatkan untuk berwisata kuliner
dengan mencicipi Konro, selepas wisata kuliner kami segera bergegas ke bandara. Di bandara kami berpamitan dengan Adi yang telah sabar menemani kami selama di Sulawesi Selatan. Terima Kasih Daeng! Terima Kasih Sulawesi Selatan. Fuihhh..selesai juga trip menyenangkan ini, dan suatu saat saya akan kembali lagi, entah kapan.
Saya baru membuka lembaran baru Indonesia, dan akan terus membuka lembaran selanjutnya. Dan saya semakin yakin jika Indonesia itu indah sekali.
Komentar
Posting Komentar