Nenek moyangku orang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda b'rani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai
Sepenggal lirik lagu dari masa
kecil, yang mungkin sudah jarang dinyanyikan anak-anak masa kini. Ketika
menyanyikan lagu ini terbayang betapa gagahnya pelaut-pelaut Indonesia, bicara
maritim tentunya tidak dapat dipisahkan dari Kapal legendaris Phinisi. Kapal
yang konon sangat tangguh berlayar menerjang ombak besar samudera sejauh ribuan
kilometer.
Perjumpaan saya dengan phinisi
hanya terjadi ketika saya mengunjungi Sunda Kelapa, pelabuhan tua di Utara
Jakarta. Kapal-kapal tradisional itu membawa barang-barang yang mayoritas dari
Indonesia Timur, persis sama dengan apa yang terjadi ketika VOC masih berkuasa.
Phinisi |
Beruntung saya bisa mengunjungi
langsung tempat pembuatannya di Sulawesi Selatan, tepatnya di Tana beru
kabupaten Bulukumba. Saya menyebutnya Land
of Phinisi, karena di Tana beru sebagian besar berprofesi sebagai pembuat
perahu tradisional termasuk phinisi nan legendaris itu.
Kapal yang sedang dibuat di tana beru |
Kapal kayu Phinisi telah digunakan di Indonesia sejak
beberapa abad yang lalu, diperkirakan. Diperkirakan kapal legendari ini
sudah ada sejak abad ke 14. Menurut naskah Lontarak I Babad La Lagaligo
pada abad ke 14, Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota
Kerajaan Luwu untuk berlayar menuju negeri Tiongkok yang hendak meminang Putri Tiongkok yang
bernama We Cudai. Sejarah Phinisi
Tana Beru |
Harga
kapal phinisi bervariasi tergantung ukuran, sekitar 2M-4M. Para pembeli
kebanyakan dari Eropa seperti Norwegia, Finlandia, dll. Kapal-kapal pesanan
biasanya diantar langsung ke negara pemesan, terbayang jauhnya perjalanan
mereka menempuh jarak ribuan kilometer.
Semoga kapal dengan dua tiang
tujuh layar ini tetap terkembang ditengah samudera, gagah dan angkuh seperti
nenek moyang kita. Dan semoga kita sadar jika kita adalah negara maritim.
Komentar
Posting Komentar