Panggil Aku Kenawa,
Si Cantik dari Sumbawa
Mungkin yang terlintas dipikiran ketika mendengar kata Sumbawa adalah
susu kuda liar, tanah tandus, ataupun kekeringan. Ah itu stereotype usang
tentang Sumbawa. Saya hendak memberi suatu tempat nan indah di Sumbawa Barat,
saya menyebutnya the silent island.
***
Pesawat
yang saya tumpangi mendarat mulus di Lombok sekitar pukul 23.00 waktu setempat,
disana telah menunggu sahabat saya dari Lombok, Ijul dan Bang Roni. Tak perlu
banyak cakap kami langsung meluncur membelah malam melintasi jalan trans lombok
menuju kediaman Ijul di Rarang-Lombok Tengah untuk beristirahat sebelum
melanjutkan perjalanan esok pagi.
Aroma kopi
Sumbawa membangunkan saya dan Taufik, teman seperjalanan saya. Pagi itu semua
bersiap untuk memulai trip ke Sumbawa. Pukul 09.00 pagi kami berangkat dari
Rarang menumpang bis menuju pelabuhan kayangan, rogohan kocek pertama di trip
ini sebesar Rp.20.000. Sepanjang perjalanan terlihat Gunung Rinjani seperti
memanggil untuk bersua, bis sempat berhenti di Aikmal, entah mengapa saya haru
biru di tempat itu, seperti kembali di tahun 2009 dan 2010 ketika mendaki
Rinjani. Butuh waktu 2 jam untuk sampai di Pelabuhan Kayangan.
Kapal menuju Pototano |
Lama perjalanan melintasi laut menuju Sumbawa sekitar 2 jam, hampir sama seperti merak-bakau bedanya disini tidak ada antrian kapal untuk loading dock. Sekitar Pukul 12.30 kapal ferry merapat di dermaga pelabuhan Pototano dan untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah Sumbawa
Pototano |
Tujuan utama saya ke Sumbawa
adalah ke pulau di seberang pototano, pulau kosong tak berpenghuni, kenawa
penduduk setempat menyebutnya. Untuk ke Kenawa dari arah pototano cukup
berjalan ke arah keluar pelabuhan sekitar 300 meter, disana terdapat desa
nelayan yang siap mengantarkan wisatawan ke Kenawa. Biaya yang dibutuhkan untuk
antar dan jemput adalah sebesar Rp.250.000. Tak perlu waktu lama untuk mencapai
pulau ini, hanya sekitar 45 menit dari desa nelayan terdekat. Sebelum
menyebrang kami sengaja membeli banyak air botolan karena di Kenawa tidak ada
sumber air.
Welcome to Paradise, ucap Taufik begitu
sampai di Kenawa, saya langsung berlari ke arah padang savana Kenawa mirip anak
kecil berlarian ketika hujan turun. Siang itu hanya ada kami berempat di
Kenawa, hanya ada suara angin menerpa rerumputan, saya menyebut pulau itu the
silent island! Oh iya di pulau itu saya menemukan tempat buang air besar paling
indah.
Pantai di Kenawa |
Kenawa |
Melihat
sunrise atau sunset adalah hal yang paling saya suka ketika berada di gunung
atau pantai, matahari terbit malu-malu di kenawa pagi itu. Kopi dan rokok
buatan Bang Roni menemani kami pagi itu, dikejauhan terlihat Rinjani nan gagah
di Lombok.
Matahari dari Timur |
Bang Roni |
Rasanya
saya ingin berlama-lama di pulau kenawa, tetapi kapal penjemput kami sudah
dating artinya kami harus segera kembali ke Sumbawa. 2 hari 1 malam yang
berkesan di Kenawa.
Terima kasih Kenawa!
Dan perjalanan terus berlanjut |
Komentar
Posting Komentar